Kamis, 16 Maret 2017

Primata di Kampus Universitas Bengkulu



Pada tahun 2008 saya mulai tercatat di Universitas Bengkulu sebagia mahasiswa Kehutanan, disinilah cikal bakal saya mengenal dunia konservasi, awalnya saya sangat awam sekali tentang dunia Kehutanan dan konservasi, wajar saja sebab latar belakang pendidikan saya bukan dari IPA Biologi melainkan dari Teknik Elektronika seperti yang kita ketahui di Teknik Elektronika tidak pernah menyinggung apa itu Kehutanan dan Konservasi.

Trachypithecus cristatusKarena Jurusan Kehutanan yang saya pilih setelah tamat dari bangku STM maka mau tak mau saya harus mempelajari tentang Biologi dan Ilmu-ilmu Kehutanan supaya tidak ketinggalan dari teman-teman yang berlatarbelakang IPA waktu di bangku SMA, dari sinilah saya mulai tertarik dan penasaran dengan dunia konservasi satwa liar. Untuk terjun di dunia konservasi satwa liar saya mencari informasi kepada senior-senior di Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu, salah satu senior memperkenalkan bahwa ada organisasi yang bisa memberikan jawaban pertanyaan saya ini yaitu KP2B (Kelompok Peduli Primata Bengkulu) akan tetapi untuk bergabung disini terlebih dahulu saya harus mengikuti serangkaian kegiatan pengkaderan di HIMA Sylva PCSI UNIB, sebab KP2B sendiri merupakan salah satu Bidang kusus dibawah naungan HIMA Sylva PCSI UNIB. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pengkaderan di HIMA Sylva PCSI UNIB saya langsung mencari tau siapa saja pengurus KP2B (Kelompok Peduli Primata Bengkulu) dan anggota-anggotanya. Waktu itu pengurus KP2B ini adalah angkatan 2005 yang terdiri dari bang Bambang Rahmanto, Hendra, Rahmat Ade Saputra, Kadan Aulia Kaligis, Sugianto, Ayuk Engsiani, dan Astri. Disinilah saya diperkenalkan dengan Uda Tedi Wahyudi senior di KP2B untuk urusan satwa liar dialah ahlinya, pada saat bergabung di KP2B saya tidak sendirian ada teman-teman yang juga tertarik untuk mempelajari tentang satwa liar (Primata) ada Alvin Pratama, Aan Kusnita, Doni Afrian, M Yusril, Risan Tiawan, Oki Purnawan, Hanif Kurniawan, Murfi Mindo, Imelda Indriani Siregar, Fatria Nova Crisntin. 

Kampus Universitas Bengkulu menjadi lokasi pertama kita melakukan pengamatan primata karena kebetulan di kampus kita ini masih primatanya yaitu Lutung Kelabu / Cingkuk (rachypithecus cristatus) dan Monyet Ekor Panjang  (Macaca fascicularis)




Baiklah kita mulai membahas tentang jenis-jenis primata di kampus Universita Bengkulu ini, hasil dari beberapa kali pengamatan pada sekitar tahun 2009 Monyet Ekor Panjang tidak lagi tampak di hutan kampus Universitas Bengkulu, kemungkinan besar kelompok ini keluar dari Hutan Kampus menuju Hutan Pantai di Muara Sungai Bengkulu dan tidak bisa kembali masuk kedalam Hutan Kampus karena koridor di UNIB depan terputus. Kelompok ini akhirnya terisolasi di sekitar persawahan Pasar Bengkulu.

 Sedangkan Kelompok Lutung Kelabu tetap berada di Hutan Kampus Universitas Bengkulu dan berkembang biak. Lutung Kelabu  adalah sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 58 cm. Lutung Kelabu memiliki rambut tubuh berwarna hitam dengan ujung warna putih atau Kelabu. Mukanya berwarna hitan tanpa lingkaran putih di sekitar mata dan rambut di atas kepalanya meruncing dengan puncak ditengahnya.
Lutung jantan dan betina serupa. Betina biasanya berukuran lebih kecil dan ringan di banding jantan. Ketika baru lahir, bayi lutung memiliki rambut tubuh berwarna jingga. Setelah berumur tiga bulan, rambut warna jingga ini digantikan dengan rambut tubuh hitam seperti lutung dewasa.

Lutung Kelabu adalah hewan arboreal, yang hidup di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuh-tumbuhan, memakan dedaunan, buah-buahan, serangga. Di hutan Kampus Universita Bengkulu Lutung kelabu ini sering terlihat sedang memakan daun muda dan buah; Sengon Laut (Paraserianthes falcataria), Kapuk Randu (Seiba petandra), dan Lamtoro (Leucaena leucocephala). Berdsarkan Red List IUCN status Lutung kelabu ini Hampir Terancam (Near Threatened/ NT).
 
Kembalinya Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ke Hutan Kampus

Hari itu tanggal  14 Maret 2017 saya mengajak anak-anak kehutanan pengamatan burung dan primata di Hutan Kampus Universitas Bengkulu, pada saat istirahat sembari menunggu Elang brontok (Nisaetus cirrhatus) ada yang menarik perhatian saya di salah satu pohon Ficus sp, perlahan-lahan pohon tersebut  saya dekati supaya satwanya tidak kabur, setelah diamati dan di dokumentasikan ternyata satwa tersebut adalah sekelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), setelah 8 tahun tidak terlihat akhirnya kelompok ini kembali masuk kedalam Hutan Kampus Universitas Bengkulu. Pertanyaannya kok bisa kelompok ini kembali lagi, dan faktor apa yang menjadi penyebabnya. Pertama mereka kembali ke hutan kampus adalah habitat yang mereka gunakan sebagai tempat tinggal, mencari makan dan berkembang biak sudah beralih fungsi menjadi persawahan, Keuda tidak ada lagi ruang untuk mereka mencari makan dan hal ini lah yang memaksa Monyet Ekor Panjang mencari habitat baru untuk keberlangsungan kehidupan kelompok mereka. Hutan Kampus salah satu habitat yang sangat memungkinkan bagi keberlangsungan Monyet Ekor Panjang karena selain Hutan Kampus ini tidak ada lagi habitat yang cocok bagi mereka. 

Macaca fascicularis
Macaca fascicularis dinamakan sebagai monyet ekor panjang karena memiliki ekor yang panjang. Panjang ekor monyet ini antara 80-110% dari total panjang kepala dan tubuh. Ukuran tubuh jantan memil iki panjang 412-648 mm dengan bobot badan 4,7-8,3 kg, sedangkan betina mempunyai panjang 385-503 mm dan bobot badan 2,5-5,7 kg. Ekor berbentuk silindris dan muskular serta ditutupi oleh rambut. Monyet Ekor Panjang memiliki warna bulu yang bervariasi dari coklat muda, kelabu sampai coklat. Variasi ini terjadi berdasarkan pada umur, musim dan lokasi. Monyet ekor panjang yang menghuni kawasan hutan umumnya berwarna lebih gelap, sedangkan yang menghuni daerah pantai umumnya berwarna lebih terang dan lebih mengkilap (Lekagul dan McNeely, 1977).

Monyet ekor panjang ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Selain menjadi hewan timangan atau pertunjukan, monyet ini juga digunakan dalam berbagai percobaan kedokteran.


Monyet Ekor Panjang umum ditemukan di hutan-hutan pesisir (Mangrove, hutan pantai), dan hutan-hutan sepanjang sungai besar; di dekat perkampungan, kebun campuran, atau perkebunan; pada beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 m dpl. Jenis ini sering membentuk kelompok hingga 20-30 ekor banyaknya; dengan 2-4 jantan dewasa dan selebihnya betina dan anak-anak.

Monyet Ekor Panjang ini memakan aneka buah-buhan dan memangsa berbagai jenis hewan kecil seperti ketam, Serangga, telur dan lain-lain. dibeberapa tempat kelompok monyet ini memakan tanaman di kebun dan menjadi hama.


Kenapa bisa kembali ke Hutan Kampus bukankah koridornya sudah terputus..?  

Berikut saya bikin skema jalur yang di gunakan oleh Monyet Ekor Panjang menggunakan Googel Earth, jarak dari habitat Pasar Bengkulu ke Hutan Kampus Universitas Bengkulu sekitar 2 km. Terkait koridor yang terputus oleh pemukiman yang ada di UNIB Depan besar kemungkinan kelompok ini menggunakan waktu malam hari untuk masuk kedalam hutan kampus sebab apabila disiang hari banyak aktivitas manusia dan lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan UNIB Depan. Bukankah berdasakan pola aktivitasnya, Macaca fascicularis digolongkan menjadi primata yang diurnal (aktif pada siang hari)? Di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling saya pernah melihat Monyet Ekor Panjang beraktifitas di malam hari waktu itu pukul 21.00 WIB ada sekelomok Monyet Ekor Panjang sedang mereputkan tempat tidur.
Jalur yang digunakan oleh Macaca fascicularis
Apakah Hutan Kampus aman menjadi Habitat Lutung Kelabu dan Monyet Ekor Panjang..?
 
Untuk saat ini hutan kampus masih aman buat kedua jenis Primata ini, namun tidak tahu beberapa tahun kedepan apakah kampus Universitas Bengkulu ini masih memiliki hutan kampus yang menjadi habitat mereka atau akan berubah menjadi gedung-gedung perkuliahan.
Seperti yang terjadi pada tahun 2012 sampai 2016 banyak pohon-pohon Sengon ditebang karena telah masuk masa panen dan ada juga lahan tegakan sengon dibangun menjadi gedung perkuliahan. Dimana lokasi-lokasi pohon yang ditebang merupakan jalur koridor dan sumber pakan Lutung Kelabu, setelah ditebang tidak dilakukan penanaman kembali. Sehingga kelompok primata ini menggunakan atap bangunan dan kabel listrik sebagai jalur koridor mereka.
Ada kemungkinan besar banyak pihak kampus maupun mahasiswa tidak mengetahui keberadaan kedua jenis perimata ini dimana salah satu dianataranya bersetatus Hampir Terancam Punah, sehingga belum peduli terhadap kedua jenis primata ini.




SEMOGA Lutung Kelabu dan Monyet Ekor Panjang tetap Lestari di Hutan Kampus Universitas Bengkulu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar