Selasa, 11 Januari 2011

MAPETALA UNIB


MAKALAH DIVISI MAPETALA UNIB
( MOUNTHAINEERING – GUNUNG HUTAN )
( ROCK CLIMBING – PANJAT TEBING )
( RAFTING – ARUNG JERAM)
( CAVING – SUSUR GUA )
(ADVOKASI LINGKUNGAN)

Disusun :
Riki Rahmansyah
AM 2010

MAHASISWA PECINTA ALAM UNIVERSITAS BENGKULU
MAPETALA UNIB
2010


DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii

BAB I .... PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang............................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.       Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1

BAB II .. ISI
1. Mounthaineering ............................................................................................ 2
2. Rock Climbing...........................................................................................     3
3. Rafting............................................................................................................ 4                       
4. Caving............................................................................................................. 5
BAB III     PENUTUP
                  1. Kesimpulan
                  2. Kritik dan Saran

Daftar Pustaka





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    
MAPETALA atau Mahasiswa Pencinta Alam merupakan suatu organisasi kepencitaalaman tingkat Universitas yang didalamnya terdapat divisi-divisi seperti Gunung – Hutan, Panjat Tebing, Arung Jeram dan Susur Gua. Untuk lebih memahami setiap divisi-divisi tersebut maka pengurus MAPETALA mengadakan Diklatsarpa (Pendidikan dan Latihan Dasar Pencinta Alam) bagi setiap Calon Anggota kemudian dilanjutkan dengan  Pendidikan Lanjutan (Dikjud). Namun untuk Pendidikan Lanjutan, dengan terjun langsung ke lapangan yang bertujuan untuk pengenalan lebih jauh semua divisi yang ada di MAPETALA tidak terealisasikan, maka Pengurus MAPETALA mengganti dengan pembahasan Divisi-divisi dalam bentuk makalah ini.
 
B.   Rumusan Masalah
1. Deskripsi Mounthaneering (Gunung – Hutan)
2. Deskripsi Rock Climbing (Panjat Tebing)
3. Deskripsi Rafting (Arung Jeram)
4. Deskripsi Caving (Susur Gua)

C.   Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendalami pengetahuan mengenai divisi-divisi yang ada di MAPETALA.
2. Sebagai tugas pengganti dari Pendidikan Lanjutan (Dikjud).
3. Sebagai salah satu syarat untuk Pengambilan Nomor bagi Anggota Muda.






BAB II
ISI
1.       MOUNTAINEERING (  Gunung - Hutan )
·         Pengertian
Mountainering secara definitif dapat diartikan sebagai olah raga mendaki gunung yang bertujuan keilmuan atau sekadar pendakian untuk penaklukan. Olah raga mendaki gunung adalah paduan antara hobi, kreasi, dan prestasi. Untuk mewujudkannya diperlukan persiapan yang matang dan perencanaan yang betul-betul baik sehingga bisa berjalan dengan baik dan mengurangi resiko yang ada.
·         Perencanaan
Dalam setiap kegiatan pendakian sebaiknya kita merencanakan pelaksanaannya dengan matang karena pendakian yang berhasil tergantung dari perencanaan yang ada. Dalam perencanaan pendakian kita harus menentukan :
o   Siapa teman perjalanan kita?
o   Apa tujuan pendakian?
o   Kapan pelaksanaan pendakian?
o   Mengapa kita melakukan pendakian?
o   Bagaimana pelaksanaan pendakian?
·         Perencanaan pendakian yang perlu diketahui oleh setiap pendaki adalah :
o   Kenalilah kemampuan diri dan teman Anda beserta anggota tim yang lain dalam menghadapi medan yang ditempuh.
o   Pelajarilah medan yang akan ditempuh.
o   Teliti rencana rute pendakian secermat mungkin.
o   Perkirakan waktu yang akan dipergunakan.
o   Periksa segala perlengkapan yang ada. Ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
·         Persiapan
Faktor intern, yaitu faktor yang datang dari si pendaki itu sendiri :
o   Persiapan fisik
o   Perlengkapan
o   Pengetahuan dan keterampilan
o   Mental
o   Etika
Faktor ekstern, yaitu faktor yang datang dari luar :
o   Badai
o   Hujan
o   Udara dingin
o   Kabut
o   Longsoran tanah, dll
·         Menyusun barang dalam carrier :
o   Kelompokkan barang menurut jenis dan kegunaan, kemudian masukkan ke dalam plastik.
o   Tempatkan barang-barang kecil/ sewaktu-waktu digunakan pada bagian atas/ kantong luar carrier.
o   Letakkan barang-barang berat pada bagian atas dan sedekat mungkin dengan tubuh kita.
·         Perencanaan perbekalan Yang harus diperhatikan :
o   Lamanya perjalanan
o   Aktivitas selama perjalanan
o   Kondisi medan yang dihadapi
·         Komposisi makanan yang sesuai :
o   Berkalori tinggi dan gizi yang memadai
o   Tahan lama
o   Berupa makanan instan
o   Murah dan mudah didapat
o   Ringan
o   Tambahkan vitamin dan mineral
·         Pendaki yang baik sadar dan mengetahui akan bahaya yang akan slalu mengintai selama kegiatan mendaki gunung tersebut. Bahaya tersebut terdiri dari bahaya subjektif dan bahaya objektif.

·         Selain itu, terdapat penyakit gunung (mountain sickness) yang biasanya menyerang para pendaki seperti Hipoksia dan Hipothermia.
Hipoksia adalah  penyakit yang disebabkan karena kurangnya oksigen dalam otak karena factor ketinggian. Gejalanya antara lain sesak nafas, pusing, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan jantung berdebar kencang. Jika korban dibawa turun sampai pada ketinggian tertentu maka penyakit tersebut dapat hilang dengan sendirinya.
Hypothermia adalah penyakit yang disebabkan karena menurunnya suhu tubuh secara drastis sehingga mengalami halusinasi. Gejalanya antara lain: korban membuka baju, berbicara melantur, dan berperilaku seperti orang gila.

·         Dalam mendaki gunung, hal yang juga harus sangat diperhatikan adalah mengenai perlengkapan yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, Perlengkapan team dan perlengkapan prbadi
Perlengkapan Team antara lain :
-          Tenda Dome
-           Kompor (kompor gas, paraffin, sfritus dan minyak tanah)
-          Peralatan masak dan makan (nesting/ trangia, korek, pisau dapur, tissue gulung/basah, gelas, piring, sendok)
-          Bahan bakar (tabung gas, minyak tanah, spiritus, parafin)
-          Logistik (beras, mie, sayur-sayuran, sarden, telur, kornet, roti, bumbu masak, margarin dan minuman penghangat semisal bandrek)
-          P3K (Perban, obat merah, alcohol pembersih luka, kapas, plester, obat sakit kepala, obat pereda sakit, minyak/krim pereda otot pegal, obat flu, obat oralit, obat demam dan gunting kecil)
-          Peralatan Navigasi (peta fotografi, kompas, GPS, alat tulis )
-          Tali raffia
-          Tali pramuka
-          Lilin / Lampu Badai
Perlengkapan Pribadi antara lain :
-          Carriel + cover bag
-          Matras (sleeping pad)
-          Kantong tidur (sleeping bag)
-          Kantong plastik
-          Sepatu trekking,
-          Sandal gunung
-          Ponco
-          Kotak survival kit (isinya : gunting, korek api, senter, mata pancing, peniti, pisau lipat, cermin, gunting kuku, benang + jarum dll)
-          Raincoat
-          Jaket
-          Jerigen/botol minum
-          Backpack
-          Alat tulis
-          Topi rimba
-          Kacamata + sunblock
-          Perlengkapan mandi
-          Pakaian ganti
-          Kaos kaki (beserta cadangannya)
-          Kaos tangan (beserta cadangannya)
·         Setelah perlengkapan telah dilengkapi, kemudian dilanjutkan dengan Packing (pengepakan barang. Dalam Pengepakan barang (packing) yang harus diingat adalah 1.seimbang(balance), 2.nyaman(comfort), 3.Aman(safety).
Dikarenakan packing juga sangat mempengaruhi dalam perjalanan. Secara garis besar, aturan packing adalah sebagai berikut :
-          Bagian bawah diisi dengan sleeping bag, pakaian ganti, tenda, flysheet, jaket.
-          Bagian tengah diisi dengan jerigen, nesting, bahan bakar.
-          Bagian atas, diisi logistic, perlengkapan mandi, webbing, carrabiner.
-          Bagian kepala diisi dengan ponco, P3K, botol minum, tissue dan alat tulis.
Cara lain adalah dengan meletakkan tenda dibagian atas agar pada saat cuaca memburuk atau darurat dapat segera digunakan.
Namun Packing merupakan seni tersendiri bagi setiap pendaki. Bisa disesuikan dengan kenyamanan diri sendiri.
·         Selain itu, hal yg harus diperhatikan dan dipatuhi adalah Kode etik.
1. jangan mengambil sesuatu kecuali fhoto
2. jangan memburu sesuatu kecuali waktu
3. Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak
2.       Rock Climbing ( Panjat Tebing )
·         Pada dasarnya Rock Climbing (RC) atau panjat tebing  adalah bagian dari mountaineering, yaitu suatu pertualangan ketempat-tempat yang tinggi, hanya saja di RC dihadapi pada medan-medan yang khusus. Dalam melakukan RC juga diperlukan peralatan-peralatan khusus untuk menunjang keselamatan bagi si pemanjat.

·         Alat – alat yang digunakan antara lain :
-          Tali Karmentel (statis dan dinamis)
-          Webbing (tali pita)
-          Carabiner (skrue dan non skrue)
-          Piton (paku tebing)
-          Chock (magnesium)
-          Ascender
-          Descender
-          Etrier (tangga)
-          Harness (sit body harness dan full body harness)
-          Helm
-          Sepatu panjat

·         Simpul-simpul yang biasa digunakan pada saat RC :
-          Simpul delapan
-          Simpul nelayan
-          Simpul kambing
-          Simpul jangkar
-          Simpul pangkal
-          Simpul pita
-          Simpul prusik

·         Taktik pemanjatan terbagi menjadi 3, yaitu:
-          Siege adalah suatu taktik pemanjatan dengan dengan menggunakan satu base camp tetap/utama.
-          Alpina adalah suatu taktik pemanjatan tidak menggunakan satu base camp utama, tetapi menggunakan fliying camp.
-          Campuran adalah penggabungan kedua sistem yaitu siege dan alpine.

·         Grade (kelas dalam panjat tebing). Seperti  dalam olah raga lainnya, suatu atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian kitadapat mengukur sampai dimana kemampuan kita.
-          Kelas 1: Cross Country Hiking, perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan  untuk mendaki.
-          Kelas 2: Scrambling, sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
-          Kelas 3: Easy Climbing, secara scrambling dengan bantuan, dasar tekhnik  mendaki(climbing) sangat membantu untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
-          Kelas 4: Rope Climbing With Belaying, belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat) alamiah atau buatan yang berfungsi sebagai pengaman.
-          Kelas 5: Kelas ini dibagi menjadi 11 tingkat ( 5.1 sampai 5.11) dimana semakin tinggi angka dibelakang angka 5 berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. pada kelas ini runner dipakai sebagai pengaman.
-          Kelas A : Untuk menambah ketinggian, seseorang harus menggunakan alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contohnya : pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 – A2



3.       RAFTING (Arung Jeram)
·         Rafting atau Arung Jeram Merupakan salah satu Kegiatan Alam Terbuka yang beresiko cukup tinggi. Resiko itu dapat kita kurangi bila sebelum pengarungan dilakukan persiapan yg baik. Persiapan yg baik adalah belajar dan berlatih dengan baik, secara teknis, ketrampilan, maupun pengetahuan / Merupakan kegiatan rekreasi yg cukup menyenangkan .

·         Peralatan yang digunakan dalam rafting, antara lain :
1.      Perahu
o    Kayak, yang berbentuk lancip bagian depan dan belakangnya. Perahu ini tertutup dengan satu orang pendayung yang duduk dengan 2 kaki lurus ke depan, pinggang tertutup bahan kedap air sehingga air tidak masuk ke dalam perahu
o    Canoe, berbentuk lancip tetapi bagian atas terbuka dan lebih besar dari kayak. Dikendalikan olehsatu atau dua orang yang duduk dengan kaki dilipat kebawah tempat duduk, menggunakan dayung satu bilah. Panjangnya bervariasi antara 3.5 – 6m, lebarnya antara 60 – 1m.Terbuat dari kayu, kanvas alumunium, plastik ataupun fiberglas.
o    Cataraf, perahu yang terbuat dari dua atau empat tabung karet berisi udara yang diikat atau disatukan. Dikendalikan oleh empat sampai enam orang yang duduk pada bantalnya.
LCR (Landing Craft Rubber), perahu ini biasanya digunakan oleh Angkatan Laut untuk pendaratan pasukannya ke pantai.
o    Riverboat, perahu ini berbentuk oval yang kedua ujung depan dan belakang lebih tinggi. Jenis ini yang paling layak untuk ORAD, karena dilengkapi dengan Self Bailler. Dimana apabila perahu penuh air, maka air tersebut dapat keuar dengan sendirinya. Keunggulan lainya adalah lebih lincah bila dibandingkan dengan jenis lainnya, karena depan dan belakanghampir sama.
2.      Pompa
Pompa terdiri dari dua macam yaitu pompa tangan dan pompa kaki
3.      Repair Kit
Terdiri dari : Lem, benang, nylon, jarum jahit, bahan penambal
4.      Tali Penyelamat
Berfungsi untuk menolong anggota yang terlempar dari sungai
5.      Kantong Kedap Air (dry bag)
Digunakan untuk menyimpan kamera, obat – obatan, makanan dan benda lainya agar tidak terkena air
6.      Carabiner
Untuk menghubungkan satu alat dengan alat yang lain
7.      Dayung
8.      Helm
9.      Pelampung
10.  Kotak P3K
11.  Peluit
·         Beberapa Istilah Dalam Kegiatan Arung Jeram :
-          Atomic Launch : Penurunan sungai dengan cara meluncur dari atas tanah dan langsung ke air. Dilakukan pada daerah yang miring, dimana perahu, canoe atau kayak langsung dinaiki saat meluncur tersebut.
-          Boat Eater : Sebuah Lubang (monster hole) pada jeram, cukup besar untuk menelan perahu. Disebut juga bus-stopper.
-          Boil : Putaran atau arus yang sulit diprediksi dan menekan ke permukaan (seperti air mendidih-bergolak). Biasanya disebabkan oleh bebatuan yang ada didasar sungai.
-           Bony : Pengarungan yang memerlukan banyak manuver karena banyaknyarintangan atau bebatuan.
-          Boof : Meluncur dengan perahu diatas tempat yang dangkal atau batu.
-          Boom : Suatu instruksi yang diberikan pemandu saat melewati rintangan atau jeram berbahaya.
-          Brace : Teknik mendayung dengan menekan kebawah dan kayuhan menyapu untuk menyeimbangkan canoe atau kayak yang miring.
-          Broach : Kejadian dimana canoe atau kayak terjepit antara aliran sungai dan rintangan (batu/batang pohon).
-          C.F.S.(Cubic Feet per Second) : Ukuran dari kecepatan sebuah aliran yang memberi nilai pada suatu sungai. CFS ini akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi air dan gradien dari sungai. Cubic Feet per Second = 0.028317 Cubic Meter per Second.

·         Dalam Rafting juga dikenal adanya Skipper/Kapten. Seorang Kapten harus menguasai Teknik & berpengalaman dalam Rafting. Adapun tugas penting dari seorang kapten adalah :
a)      mencari dan menentukan arah lintasan pada sungai, yg akan dilalui oleh perahu.
b)      memberikan aba-aba yg singkat dan jelas.
c)      bertanggung jawab atas keselamatan seluruh awak perahu dan peralatan dalam perjalanan.
d)      mengambil keputusan, apakah perjalanan perlu diteruskan atau tidak.

·         Bentuk aba-aba pada saat pengarungan :
-          Maju : semuanya mendayung ke depan.
-          Mundur : semuanya mendayung ke belakang (dayung balik).
-          Kanan balik : arah perahu dibalik ke kanan. Yang berada di sebelah kanan mendayung balik, dan yg ada di sebelah kiri mendayung ke depan.
-          Kiri balik : arah perahu dibalik ke kiri. Yang berada di sebelah kanan mendayung ke depan, dan yg ada di sebelah kiri mendayung ke belakang.
-          Geser kanan : perahu digeser ke kanan dengan arah yg tetap, tidak berubah.
-          Geser kiri : perahu digeser ke kiri dengan arah yg tetap, tidak berubah.
-          Stop : seluruh awak berhenti mendayung, hanya dua orang di belakang yg menjadi kemudi, supaya arah perahu tetap lurus.
-          Pindah kanan ; agar perahu berat kanan
-          Pindah kiri : agar perahu berat kiri
-          Goyang : mencegah perahu tersangkut.
-          Boom : instruksi apabila melewati rintangan (batang pohon) atau jeram berbahaya.
Jeram
Bagian dari sungai dimana air mengalir dangan deras dan bertaburan diantara banyak batu dari beragam ukuran dan terdapat arus balik.
4 faktor utama terjadinya jeram :
1.      Volume air
2.      Tingkat kecuraman sungai
3.      Tonjolan dasar sungai
4.      Penyempitan leher penampang sungai, makin sempit makin deras arusnya
Rintangan – rintangan yang harus dikenali :
1.      Longsoran / runtuhan, berupa pecahan batu besar dari runtuhan atau longsoran tebing sungai dan menciptakan lorong lorong di bawah air.
2.      Strainer, adalah sesuatu yang berada tidak jauh dari permukaan air. Biasanya terdapat di lembah yang sempit.Misalnya, pohon tumbang.
3.      Undercut, biasanya terdapat pada tebing di kelokan sungai berupa rongga di bawah air. Orader yang terjebak di dalam undercut ini sangat sulit untuk keluar karena tertahan oleh arus yang sangat kuat.
4.      Entrapman, Terjepitnya kaki di sungai dangkal berarus deras.
5.      Dam
6.      Tongue (lidah air), merupakan awal dari suatu riam sebagai pecepatan arus yang bertuknya kalau dilihat dari atas menyerupai huruf V.
7.      Standing wave (gelombang tegak), gerakan air yang membentuk barisan gelombang, dimana gelombang pertama paling besar.
8.      Hole, stoper ini terjadi akibat adanya batu besar di dasar sungai yang menghalangi aliran sungai di bawah permukaan.
9.      Stoper (gelombang balik), gelombang yang berputar vertikal atau berbalik ke hulu yang disebabkan oleh penurunan dasar sungai.
10.  Eddies (arus balik), arus sungai yang seakan2 berhenti dan berbalik ke arah hulu sungai.
11.  Bend, arus sungai yang keras dan membentur dinding dan pada suatu belokan sebelah luar.
12.  Shallows (pendangkalan), aliran sungai y7ang menjadi lebih cepat dikarenakan adanya pendangkalan dasar sungai, biasanya ditandai oleh riak2 kecil.
 Tingkat Kesulitan Sungai
Menurut American white water (AWWA), Tingkat kesulitan sungai terdiri dari beberapa grade:
  • Kelas I (Easy)
    Air sungai relatif mengalir tenag dan kadang2 diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintnagan seperti batu, pusaran air atau air terjun.
  • Kelas II (Novice)
    Arus sungai dengan beberapa ombak kecil yang tidak lebih dari 50 cm. Jarak antar batu besar agak renggang.
  • Kelas III (Intermadiate)
    Riam2nya diiringi gelombang2 yang tidak terduga. Manuver dibutuhkan untuk dapat menghindari batu dan hole.Scouting (pengamatan) perlu dilakukan untuk menentukan lintasan mana yang akan dilalui.
  • Kelas IV (Advanced)
    Jeramnya sulit dan sambung menyambung. Gelombang air pecah tinggi 2 m dengan variasi kelokan cukup tajam dan arusnya lebih liar.Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat diperlukan, karena medan seperti ini potensial untuk kecelakaan..
  • Kelas V (Expert)
    Tingkat kesulitan tinggi. Mempunyai riam2 yang panjang, liar dan sambung menyambung. Arus lebih deras dengan jeram berbahaya ditambah batu2 besar. Dibutuhkan manuver rumit agar dapat melaluinya. Bila terjadi kecelakaan sangat sulit untuk diselamatkan oleh team rescue.
  • Kelas VI (Extrem)
    Kelas ini memiliki tingkat kesulitan dan bahaya yang sangat extrem. Secara umum, kelas ini tidak dianjurkan untuk diarungi.
·         Arus sungai atau aliran air sungai secara umum adalah sbb :
1.      Arus putar adalah aliran air sungai yang berputar yang terjadi akibat adanya suatu halangan atau pada bagian belokan.
2.      Arus balik adalah aliran air sungai yang berbalik kea rah hulu akibat suatu penurunan dasr sungai atau arus menabrak dinding atau benda yang besar.
3.      Arus jepit adalah aliran sungai yang mengecil sehingga menyebabkan percepatan aliran yang di akibatkan oleh adanya halangan dua buah benda, penyempitan badan sungai.


4.       CAVING  ( Susur Gua )
·         Caving diambil dari kata ‘cave’ yang dapat diartikan sebagai kegiatan penyelusuran gua. Caving erat hubungannya denga speleologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang gua. Seseorang yang melakukan caving disebut caver.

·         Menurut bentuknya, gua dibagi menjadi dua yaitu gua horizontal dan gua vertikal.
-          Klasifikasi standar seorang caver adalah : Berbadan sehat dengan mental yang baik dan tidak mengidap penyakit lustrufhobia (takut pada kegiapan)
-          Minimal menguasai 5 simpul dasar, dalam keadaan gelap.
-          Mampu melakukan gerakan standar RC
-          Jika menggunakan lampu karbit, mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi dan juga halnya dengan lampu.
·         Bahaya dan kecelakaan dalam gua dapat terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor manusia dan faktor gua/alam.
Faktor Manusia seperti ceroboh, tersesat, kedinginan (hypothermia), dehiddrasi, gigitan binatang berbisa, tanaman diluar gua, salah dalam pembagian team. Sedangkan Faktor Gua/alam seperti runtuhan atap/dinding gua, gas beracun.

·         Selain itu, dalam kegiatan penyelusuran gua sangat ditekankan ETIKA kepada setiap penyelusur (caver) yang juga merupakan motto NSS ( National Speleology Society ). Etika tersebut yaitu :
v  Take nothing but picture (tidak mengambil sesuatu kecuali fhoto)
v  Leave nothing but footprints (tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak)
v  Kill nothing but time (tidak membunuh sesuatu kecuali waktu)

·         Peralatan penyusuran gua dibagi menjadi peralatan pribadi dan peralatan bersama/team.
Peralatan pribadi :
-          Headlamp
-          Helm
-          Sarung tangan
-          Sepatu
-          Sumber cahaya cadangan. Bisa berupa lilin, senter, korek api.
-          Peluit
-          Tempat air minum
-          Makanan
-          Pakaian, yang kering.
-          Pelampung
-          Masker hidung. Terutama untuk gua yang banyak terdapat guanonya (penyebab sakit paru-paru)
-          Alat tulis kedap air
-          Alat penunjuk jalan
-          Jam tangan kedap air
-          Alat fotografi, untuk keperluan dokumentasi diperlukan
Selain itu, untuk melakukan ekploirasi gua vertikal atau sumuran diperlukan keahlian SRT (single Rope Technique) yaitu teknik menaiki dan menuruni tali tunggal, maka kita juga harus melengkapi dengan alat lainnya.
Peralatan bersama :
-          Tali karmentel
-          Tas besar (speleo bag)
-          Pulley
-          Alat-alat standar RC seperti : Sit harness , cows tail (buntut sapi) atau tali pengaman darurat, webbing, ascender dan descender (alat unt menuruni tali), tali prusik 2 pasang, croll (chest jammer) atau alat menaiki tali, hand jammer.
 

5.      ADVOKASI LINGKUNGAN
Dasar-dasar Lingkungan Hidup
PENGERTIAN LINGKUNGAN
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
LINGKUNGAN HIDUP
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara
lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah.
Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.




BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari semua materi yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahawasanya setiap kegiatan yang dilakukan diatas memerlukan berbagai persiapan, dimulai dari persiapan fisik, mental, administrasi dan peralatan- peralatan untuk menunjang keselamatan dan menghindari dari setiap hal-hal yang tidak diinginkan.

2.      Kritik dan Saran
Demikian penyusunan Makalah ini, seperti pribahasa “tak ada gading yang tak retak” demikian juga dengan penyusunan makalah ini, pastinya banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itulah sekiranya dapat diberikan Kritik dan Saran yang membangun untuk kedepan yang lebih baik bagi setiap orang.


Daftar Pustaka

Diktat Materi Diklatsarpa MAPETALA – Unib
Wijaya Harry,Wijaya  Christian. 2003. Jejak sang Petualang. Penerbit Andi. Yogyakarta
Google.com - Caving filetype:pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar